Minggu, 08 Mei 2011

HSWW Story Part 1



Aku menatap sekeliling stasiun King’s Cross. Tak ada yang kukenal sepertinya. Peron 9 ¾ , beuh…. mana ada peron macam itu di dunia. Pasti ada salah cetak pada tiketnya atau jangan-jangan penghuni Hogwarts itu sakit jiwa semua? Awalnya orang tuaku tak menyangka aku seorang penyihir. Ya iyalah, siapa yang akan menyangka, seorang anak kampung sepert saya, anak seorang Pedagang Batik tau-tau dapet surat lecek bin kumal bin dekil  yang isinya mengatakan bahwa anak kampung ini adalah seorang penyihir. Opo ikuu… hhaha


‘Hai,’ sapa seorang laki-laki kecil yg seumuran dgn saya tiba-tiba dari belakangku. Aku menoleh (slow motion ceritanya). Laki-laki itu lebih mungil dariku.

‘Well, hai. Siapa yaa?,’ tanyaku sembari menatap dari ujung kepala sampai ujung kaki laki-laki itu.

‘Namaku Hendri Wellfine Longbottom. Kamu?’
“Junaedie DiCaprio.” jawabku
“Anaknya pemain TITANIC itu..?? tanyanya kaget
“Bukan, emang sih semua orang mengira kalau saya anaknya Leonardo DiCaprio. Tapi aku bukan anak dia koq. Ya walaupun  nama ayah saya sama persis ama pemain TITANIC itu Cuma, ayah saya kerja sbg Pedagang Batik. Hhaha.” Jawabku enteng
“Oh, saya kira anaknya si pemain TITANIC itu. Huft..!! Ucap Hendri sambil menghela nafas.
“Well, kamu orang Indonesia?”
“Yups. Koq kamu bias tau sih asalku?”
“Batik kan asli INDONESIA, jadi aku tau.” Hendri menjawab “Ibu kamu Muggle juga?
Aku mengernyitkan keningku. “Maksudku bukan penyihir?” sela Hendri
“Iya, ayah dan Ibuku bukan penyihir, ibuku bekerja sbg guru,  makanya aku dan kedua orang tuaku kaget banget ketika ada seorang Penyihir yg mengantarku surat dan memberi tahu kami kalau aku adalah seorang penyihir” jawabku panjang
“OoHh.” Ucap Hendri
“Kalau orang tuamu Penyihir, Hen?”
“Tidak, Cuma ayahku yg penyihir dan ibuku Muggle. Saya disebut Darah Campuran” jawab Hendri sambil tersenyum “Ada tiga keturunan dlm penyihir. Pertama: Darah Murni yaitu kedua orangtua kita penihir, Darah Campuran yah seperti saya, dan Kelahiran Muggle yah seperti kamu.” Jelas Hendri
‘OoHh, Ngomong2 mau Ke Hogwarts?’ tanyaku

‘Ya, dan ya.’ Dia tersenyum dan menarik tanganku.

‘Peron 9 ¾  lewat sini.’ Ia menarikku memasuki dinding di antara peron sembilan dan sepuluh. Yang kulewati itu tembok, batinku. Tembok dari bata. Keras. Kalau nabrak tembok ini, lumayan lah buat jadi pasien di Rumah Sakit. Oke fokus! Aku menatap anak laki-laki itu dan berhenti seketika.

‘Tunggu!! Kita lewat sini?!,’ tanyaku panik. Ia tersenyum dan mengangguk.

‘Oke, oke. Sabar.’ Kubenahi koper dan kurapatkan kandang si Grytawny, burung hantu yg mirip Burung lambang negaraku berasal Indonesia (Garuda). Ibuku bilang aku tak boleh memelihara kodok atau Tikus. Nyebelin tau.

Setelah kami lewati dinding, aku hanya sanggup mematung. Hendri menarikku dan mengajakku masuk ke dalam kereta dan mencari kompartemen. Setelah memasuki kereta dan mencari kompartemen yg kosong, ternyata semua kompartemen penuh. Sampai ketika kami menuju kompartemen paling ujung yg hanya terisi oleh dua orang gadis, kamipun memasukinya.
‘Kelas satu?,’ tanya salah seorang dari mereka. Aku dan Hendri  hanya mengangguk.

‘Perkenalkan, namaku Ginny Weasley dan dia Luna Lovegood. Dan. Murid kelas satu juga,’ ucap Ginny dengan nada ramah. Kami akhirnya duduk, saya menatap seorang gadis pirang dgn menggunakan anting dari lobak dan gantungan kalung yg seperti tutup botol minuman, dan  lagi dia membaca majalah dgn terbalik dan di majalah itu tertulis THE QUIBBLER, “YA ampun, gadis ini cantik banget tapi koq kaya gitu” Bisikku dlm hati. Sampai akhirnya saya dikejutkan dgn hentakan tangan Hendri “Hayo, ngelamunin apa?” “Gak koq.” Jawabku singkat. Keretapun berangkat dan saya masih memperhatikan gadis pirang itu yg masih terdiam dan masih membaca majalah itu dgn terbalik.
“Lagi membaca apa sih dia?” bisikku kepada Hendri
“Gak tau” jawab Hendri sambil mengangkat bahunya
“Hey, kalian kelahiran Muggle?” Ginny membuka pembicaraan
“Bukan, saya Darah Campuran koq, tapi dia (menunjuk kearahku) kelahiran Muggle” Jawab Hendri
 “OoHh.” Ginny berkata
“Kalian sendiri sih kelahiran apa?” Tanya Hendri
“Saya Darah Murni, dan dia (menunjuk gadis pirang itu) darah murni juga. Rumah kami tidak terlalu jauh koq.” Jawab Ginny. dan obrolan kamipun berlanjut layaknya manusia normal. Tapi aku sama sekali tak tahu apa itu Azkaban, Hogsmeade, dan hal-hal tentang sihir lainnya. Yang kutahu hanya dua, Diagon Alley dan Hogwarts. Sisanya? Galleon. Hhaha. Tapi aku masih menatap gadis pirag itu yg masih membaca majalah dgn terbalik itu, dia belum mengatakan satu patah katapun. Setelah hampir setengah  jam penuh membahas tentang “hal-yang-tak-kuketahui”, akhirnya kami membahas tentang asrama di Hogwarts.

‘Aku harap, aku adalah Ravenclaw. Ayah akan mencekikku jika aku tak masuk Ravenclaw,’ tutur Hendri

‘Kalau aku ingin masuk ke asrama Gryffindor , semua keluargaku masuk ke asrama itu,’ jawab Ginny.

‘Aku… kelahiran Muggle. Apakah ada kelahiran Muggle di Gryffindor atau Ravenclaw?’ sambarku. Kulirik Hendri dan Ginny.
‘Kurasa menjadi Ravenclaw tak masalah, kawan,’ ucap Luna, yang suaranya begitu menggetarkan hatiku. Aku menatapnya dan... Ravenclaw? Hmm… Terdengar pintar.

‘Yeah, aku ingin sekali ke asrama itu, di asrama Ravenclaw tempatnya murid-murid pintar’ tegas Luna
“Kita akan satu asrama, Lun” sambar Hendri dan Luna tersenyum manis.
“Tapi, kayanya aku lebih memilih Gryffindor saja, kedengaranya lebih keren” jawabku
Lunapun langsung membaca majalahnya lagi. Aku mengernyitkan keningku, aku kira aku telah mangatakan hal yg salah atau apa. Tapi tiba-tiba pintu kompartemen terbuka. Dua orang pemuda remaja itu masuk dan tersenyum menatap kami berempat. Kurasa ia salah kompartemen. Lunapun menghentikan majalahnya untuk menatap dua orang itu.

‘Murid kelas satu?,’ tanyanya. Kami berempat mengangguk serempak.

‘Perkenalkan, namaku Sir Suluh Nicholas dan dia,Giel Dirgant. Murid kelas dua,’ ucapnya. Kulihat badge mereka. Ravenclaw dan Hufflepuff. Nice. Aku akan menjadi murid nyasar di kompartemen ini sepertinya.

‘Namaku Ginny, dia Luna, ini Hendri, dan yang di sampingnya adalah Junaedie’ jawab Ginny
‘Kami kehabisan kompartemen. Sudah satu jam lebih kami berjalan mencari kompartemen kosong, tetapi tak dapat. Boleh kami bergabung?,’ tanya pemuda berambut hitam di sebelah pemuda berambut berantakan tadi.

‘Well, yeah. Tak ada yang melarang,’ ucapku.

‘Kalian darah murni?,’ tanyaku lagi. Mataku tak lepas dari badge mereka. Kedua pemuda cilik itu tersenyum dan mengangguk.

“Yups, kami darah murni. Saya di asrama Ravenclaw dan dia (menunjuk ke arah pemuda berambut berantakkan) di asrama Hufflepuff, Kalian?” tanya pemuda bernama Suluh tadi.

‘Aku kelahiran Muggle,’ jawabku. Aku menghela napas.
“Kenapa..?? jangan merendah kalau kamu kelahiran Muggle, seharusnya kamu bangga. Karna tidak semua orang seberuntung kau yg terpilih menjadi seorang penyihir” Suluh berkata
“Iya, aku ngerti koq” jawabku
‘Tenang saja. Sepertinya tak ada pembedaan tentang status darah lagi. Santai saja brow,’ ucap seorang pemuda berambut berantakan itu di pintu kompartemen. Aku menatap pemuda itu dan tersenyum sinis.
Setelah itu kami berbincang sampai akhirnya tiba-tiba, pintu kompartemen terbuka lagi. Seorang gadis kecil menyeruak masuk.

“Aku mencarimu Giel..!! Oh, hai semua! Namaku Putri. Putri Aulia, salam kenal.” Aku tersenyum menatap gadis itu.

“Hai, Putri. Namaku Ginny, yang ini Luna, ini Hendri, dan ini Junaedie. Dan kamu udah kenal mereka berdua kan..??” Tanya Ginny. Putri mengangguk dan tersenyum.

“Yeah, tentu saja aku tau. Salam kenal ya, semuanya,” sekali lagi gadis itu tersenyum.

“Gilang.!! Kenapa kau kabur dari kompartemenku, sih? Ayo, kembali kesana!” Putri menyeret Gilang  keluar dari kompartemen kami. “Bukannya tadi kau dan dia  bilang kalo kalian tidak dapat kompartemen karena penuh? Hmm…” Tanya Ginny
“Mmmm… saya Cuma pingin pindah kompartemen saja.” Jawab Suluh yg kini ditinggal oleh temannya yg berambut berantakan.
Brak, tiba-tiba pintu kompartemen terbuka lagi dan seorang gadis muncul yg sepertinya belum dapat kompartemen dan keliatanya kelelahan.. Dan benar saja.
“Maaf, apakah kompartemen ini bias menampung satu calon penyihir lagi..?? tanyanya
“Oh yah, kau beruntung karna teman kami baru saja keluar.” Jawab Suluh
“Oh Tuhan, terima kasih.” Gadis itu berkata “Well, nama saya Erna Violetta. Kalian?”
“Mmmm, saya Ginny, ini Luna, Hendri, dia Junaedie, dan dia mmmm”  “Saya Sulu.” Sela Suluh “Yups” Ginny singkat
“Salam kenal” senyum Erna
Well, sepertinya kompartemen ini sudah penuh dengan manusia. Hmm, ada teman saya yg berdarah campuran disamping kanan saya dan disamping dia ada anak kelas dua yg tiba-tiba masuk, dan dihadapan saya ada tiga orang cewe, yg satu ini baru saja masuk ke komparemen kita, dan sebelahnya ada cewe yg selalu berbicara dan ga mau berhenti ngomong kalu udah diajak ngobrol satunya lagi ada cewe cantik berambut pirang yg masih asik membaca majalah The Quibblernya, walaupun keliatan aneh tapi kayanya aku suka ama cewe itu deh. Hhaha.

***
“Hei, sebaiknya kalian semua berganti pakaian dan bersiap siap. karena kurang lebih setengah jam lagi kita akan sampai di Hogwarts” Suluh berkata sambil melirik ke arloji nya.

“okay” kami semua menjawab bersamaan.

lalu kamipun bergegas ke ruang ganti untuk mengganti pakaian.
-BERSAMBUNG-


1 komentar:

Hendri Wellfine Longbottom mengatakan...

wkwkwk Good Job :p
pake nama yang di IHP lagi -_-"

Posting Komentar

.. Ayo Berkomentar ..

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...